PSWS WARINGIN SAKTI PAMONGAN MENJUARAI TROFEO.

  • Aug 03, 2020
  • pamongan

  PSWS Waringin Sakti Desa Pamongan menjuarai mini turnamen (Trofeo) yang dikiti 3 kesbelasan Ababil vs PSWS vs baladewa FC di selenggaran di Stadion Mini Pancasila Demak, (Minggu, 19/07/2020).  Dengan system pertandingan Trofeo.  Kata Trofeo banyak kita jumpai pada pertandingan sepakbola di Italia. Di Indonesia sendiri pertandingan sepakbola dengam sistem Trofeo biasa juga disebu round robin dengan format 3×45 menit yang artinya Pertandingan segitiga dengan mempertemukan 3 tim secara bergantian, dengan durasi 45 menit (1 babak) setiap pertandingan.     Membangun Olahraga Indonesia Melalui Dana Desa Desa menjadi sentral penting di era Pemerntahan Jokowi. Triliunan Rupiah terus digelontorkan Jokowi ke desa-desa di Indonesia. Targetnya jelas, mensejahterakan Indonesia dimulai dari Desa. Sasaran dana desa yakni untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan, dan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sementara tujuan Dana Desa adalah  untuk meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan Perekonomian Masyarakat, mengatasi kesenjangan pembangunan antardesa, dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Seperti dirilis katadata.go.id, banyak potensi yang bisa digali ketika sebuah desa memiliki sarana dan prasarana olahraga. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menaruh perhatian untuk mengembangkan desa melalui pembangunan sarana olahraga desa (Raga Desa).  Program ini bertujuan untuk menyalurkan kegiatan positif masyarakat, terutama anak-anak muda. Alokasi anggaran untuk tiap desa sebesar Rp 185 juta untuk lapangan sepak bola, Rp 100 juta lapangan bulu tangkis, dan Rp 170 juta lapangan futsal. Serta Rp 100 juta untuk lapangan voli dan Rp 145 juta lapangan panjat dinding.   Raga Desa juga dapat memacu kegiatan ekonomi desa. Sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan dengan adanya Raga Desa yakni Liga Desa Nusantara (LDN), Festival Desa, Layar Desa, serta Liga Santri Nusantara. Salah satu  manfaat nyata kehadiran Dana Desa dalam membangun olahraga desa adalah pembangunan lapangan sepak bola di Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Seperti dirilis kompas.com, Pemerintah Desa Cisayong rupanya punya inisiatif sendiri, yakni menata lapangan seluas 93 x 54 meter tersebut dengan jenis rumput yang sudah memenuhi standar Federation of International Football Association (FIFA). Rumput lapangan  yang digunakan berasal dari Eropa dari jenis Zoysia matrella (ZM). Jenis rumput ini masuk dalam kategori kualitas tinggi dengan kerapatan, elastisitas, kemampuan menahan beban, pemulihan diri, dan perakarannya yang sempurna, sehingga bisa mengurangi risiko cedera bagi para pemain. Inisiatif itu dilakukan sebagai salah satu perwujudan program Nawacita, 'Ayo Bangun Desa' melalui sektor olahraga dengan membangun satu lapangan olahraga di tiap desa. Sumber dananya dari dana desa APBN Tahun Anggaran 2018 termasuk bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.  Lapangan Bola Lodaya Sakti yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari Kota Tasikmalaya ini, bisa digunakan oleh siapa pun. Urusan sewa lapangan sementara ini diurus oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Sakti Lodaya.  Staf Khusus Menteri Desa PDTT, Syaiful Huda Syafii mengatakan Lapangan Bola Lodaya Sakti merupakan karya yang sangat luar biasa, terutama untuk level pemerintahan desa.  "Ini sangat luar biasa. pemerintah desa memang harus punya skala prioritas dalam membangun desanya. Ini hasil dan wujud nyata dari penggunaan  dana desa," pungkasnya. (kompas.com) Mencermati fakta tersebut, memunculkan harapan besar untuk masa depan olahraga Indonesia. Ternyata, dengan memanfaatkan dana desa bisa menghasilkan prestasi olahraga Indonesia. Tentu semua harus dimulai dari desa. Kalau saja semua desa di Indonesia mulai memanfaatkan dana desa untuk pembangunan infrastruktur olahraga, tentu saja, sesuai prosesnya tinggal menunggu waktu memetik hasilnya. Misalkan saja, di salah satu kecamatan, beberapa desanya membangun infrastruktur olahraga sesuai kepentingan masyarakat desa berdasarkan kesepakatan. Misalkan pembangunan lapangan sepakbola, lapangan bulutangkis, dan lapangan atletik. Setelah proses pembangunan infrastruktur, mulai disentuh pembinaannya. Pada sisi ini bisa dilakukan kerja sama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) kabupaten/kota masing-masing. Dispora dengan dukungan APBD bisa mendesign event untuk menindaklanjuti pembinaan yang sudah dilakukan di desa, seperti menggelar event sepakbola atau badminton antar desa di wilayah kabupaten/kota. Korelasinya dengan event nasional adalah adanya event Liga Desa Nusantara (LDN). Saat event nasional digelar, para talent scouting atau pemandu bakat bisa melihat potensi pemain yang bisa diorbitkan menjadi pemain sepakbola nasional. Contohnya, seperti Pelatih Timnas U-19 Indonesia Indra Sjafri yang mendapatkan Garuda Muda dari kampung-kampung. Kalau semua cabang olahraga mulai mempersiapkan infrastruktur olahraga dan pembinaannya dimulai dari desa, pada saatnya nanti Indonesia bakal mengalami surplus atlet berprestasi. Pada titik ini baru bisa berbicara prestasi Indonesia di mata internasional. Karena, tidak akan ada prestasi tanpa pembinaan. Tidak akan ada pembinaan tanpa dukungan dana. Dana Desa sudah menjawab semua itu. Memanfaatkan dana desa sesuai kebutuhan dan kesepakatan bersama masyarakat desa, bisa menentukan masa depan olahraga Indonesia.  Dana Desa untuk masa depan olahraga Indonesia yang lebih baik. (***)